Pendekatan yang berpusat pada peserta didik
MAKALAH
PENDEKATAN
BERPUSAT PADA PESERTA DIDIK (Student
Centered Approach )
Di Ajukan
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu :
Ibu
Masriani, S.Ag. , M.Pd.I.
Di Susun
Oleh :
Kelompok V :
PAI / IV / D
v Siska Ajima
v
Halimah
v Anisa
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM
AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
T.P.
2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
Problematika pendidikan yang terjadi di Indonesia salah satunya
adalah proses belajar mengajar yang diberikan di kelas pada umumnya hanya
mengemukakan konsep-konsep dalam suatu materi. Proses belajar mengajar yang
dilakukan adalah satu arah. Model pembelajaran tersebut dianggap kurang
mengeksplorasi wawasan dan pengetahuan siswa.
Perubahan paradigma dalam proses yang tadinya berpusat pada guru menjadi
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) diharapkan dapat
mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap
dan perilaku. Dalam proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka siswa
memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya
sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam dan pada akhirnya dapat
meningkatkan mutu kualitas siswa. Peran guru dalam pembelajaran berpusat pada
siswa adalah sebagai fasilitator yang dalam hal ini, guru memfasilitasi proses
pembelajaran di kelas. Fasilitator adalah orang yang memberikan fasilitasi.
Pembelajaran yang inovatif dengan metode yang berpusat pada siswa memiliki
keragaman model/metode pembelajaran yang menuntut partisipasi aktif dari siswa.
Dalam makalah ini akan dibahas metode-metode yang ada dalam pembelajaran yang
berpusat pada siswa, diantaranya : metode kerja kelompok, metode karya wisata,
metode penemuan, metode eksperimen, metode pengajaran unit dan metode
pengajaran dengan modul.
BAB II
PEMBAHASAN
PENDEKATAN YANG
BERPUSAT PADA PESERTA DIDIK
A.
Pengertian Pembelajaran Berpusat pada Peserta
Didik
Pembelajaran
berpusat pada peserta didik merupakan pembelajaran yang lebih berpusat pada
kebutuhan, minat, bakat dan kemampuan peserta didik, sehingga pembelajaran akan
menjadi sangat bermakna. Dengan pendekatan pembelajaran berpusat pada peserta
didik menghasilkan peserta didik yang berkepribadian, pintar, cerdas, aktif,
mandiri, tidak bergantung pada pengajar, melainkan mampu bersaing atau
berkompetisi dan memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik
B. Pembelajaran Berpusat pada Peserta Didik
Undang-undang Sisdiknas
No. 20/2003 Bab I pasal 1 yang berbunyi “ yang dimaksud dengan pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya sendiri”.
Inilah secara teoretis disebut pembelajaran berpusat pada siswa yang diadopsi
kedalam sistem pendidkan nasional.
Konsep dasar pembelajaran
berpusat pada siswa antara lain:
1. Pembelajaran merupakan proses aktif peserta didik yang mengembangkan
potensi dirinya. Peserta didik dilibatkan kedalam pengalaman yang difasilitasi
oleh guru sehingga pelajar mengalir dalam pengalaman yang melibatkan pikiran,
emosi, terjalin dalam kegiatan yang menyenangkan dan menantang serta mendorong prakarsa siswa.
2. Pengalaman aktifitas siswa harus bersumber/relevan dengan realitas sosial.
3. Didalam proes pengalaman ini peserta
didik memperoleh inspirasi dari pengalaman yang menantang dan termotivasi untuk
bebas berprakarsa, kreatif dan mandiri.
Pengalaman poses
pembelajaran merupakan aktivitas mengingat, menyimpan dan memproduksi
informasi, gagasan-gagasan yang memperkaya kemampuan dan karakter peserta
didik. Pembelajaran yang berpusat pada
siswa menggambarkan strategi-strategi pembelajaran di mana guru lebih
memfasilitas daripada harus mengajar langsung (McCombs & Miller, 2007).
Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru secara sadar menempatkan
perhatian yang lebih banyak pada keterlibatan, inisiatif, dan interaksi sosial
siswa (Jacobsen et al., 2009: 227). Tujuan strategi-strategi
pembelajaran yang berpusat pada siswa mencakup hal-hal berikut ini (Jacobsen,
2009: 228):
a. Pengembangan proses-proses kemampuan
berkomunikasi, seperti sikap toleran terhadap pandangan-pandangan yang tidak
sependapat dengannya, mampu bekerja dalam kelompok, dan sikap kritis terhadap
pendapatnya dan pedapat orang lain.
b. Pengembangan pemahaman yang mendalam
tentang topik, seperti mengidentifikasi hubungan antara satu fakta/konsep
dengan fakta/konsep lainnya.
c. Pengembangan kemampuan penelitian
dan pemecahan masalah.
Pembelajaran
yang berpusat pada siswa menyertakan karakteristik-karakteristik berikut ini
(Jacobsen, 2009: 228-229):
a. Siswa-siswa berada dalam pusat
proses pembelajaran; sedangkan guru mendorong mereka untuk bertanggungjawab
terhadap pembelajaran mereka sendiri.
b. Guru membimbing pembelajaran siswa
dan mengintervensi hanya jika diperlukan untuk mencegah mereka melakukan
miskonsepsi.
c. Guru menekankan pemahaman yang
mendalam tentang konten dan proses-proses yang terlibat di dalamnya.
Perubahan dari paradigma
pengajaran menjadi paradigma pembelajaran dapat dibandingkan dalam tabel
sebagai berikut:
No
|
Pengajaran
|
Pembelajaran
|
1
|
Berpusat pada guru.
|
Berpusat pada siswa.
|
2
|
Guru dominan dalam aktor kelas.
|
Guru sebagai fasilitator
(penulis sekenario).
|
3
|
Suasana“tertib”, tenang,
kaku dan membosankan
|
Suasana“hidup”,menyenangkan,
dan interatif.
|
4
|
Siswa terelibat dalam kompetisi dengan siswa lain, dengan
motivasi mengalahkan teman.
|
Siswa didorong kerjasama mencapa tujuan. Tolong
menolong dalam memecahkan masalah dan bertukar pikiran.
|
5
|
Siswa adalah tempat guru mencurahkan pengtahuan
(banking system). Prestasinya adalah sejumlah hapalan/produksi pengetahuan.
|
Siswa adalah pelaku proses pengalaman mengambil
keputusan, memecahkan masalah,
menganalisis dan mengevaluasi. Kegiatan intelektual memproduksi pengethuan.
|
6
|
Evaluasi oleh guru bersifat menyeleksi dan merangking kuantitas hapalan.
|
Evaluasi oleh siswa bersifat refleksi dan berperan
memperbaiki proses untuk meningkatkan prestasi.
|
7
|
Sumber belajar buku teks
dan buku.
|
Sumber belajar
adalah pengalaman eksplorasi mandiri dan pengalaman keberhasilan temannya
memecahkan masalah.
|
8
|
Tempat belajar sebatas ruangan kelas.
|
Tempat belajar tidak terbatas ruang kelas tetapi seluas
jagat raya.
|
Peran penting guru adalah
secara sadar dan terencana mewujudkan suasana belajar yang menyenangkan, memproses
pembelajaran agar siswa aktif mengembangkan potensinya sendiri. Dalam
penggunaan media pembelajaran yang terjadi adalah diskusi, penugasan, dan
permainan, bukan lagi metode guru menyampaikan materi pembelajaran. Media
disediakan oleh guru agar murid melakukan aktivitas interaktif yang
menyenangkan dan menantang potensi siswa serta membebaskan tumbuhnya prakarsa
dan kreativitas murid menjadi manusia yang memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan
keterampilan.
C.
Model Pembelajaran yang Berpusat Pada Peserta
Didik
Dalam
Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik terdapat bebrapa model
pembelaajaran, yaitu :
1.
Cooperative Learning
a.
Pengertian Pembelajaran
Kooperatif
Cooperative learning adalah suatu model
pembelajaran dimana dalam sistem
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang
secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa langsung lebih bergairah
dalam belajar.
b.
Ciri-Ciri Model
Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran
kooperatif memilki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Untuk menuntaskan materi
belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif.
2. Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang
dan rendah.
3. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.
c.
Tujuan Pembelajaran
Kooperatif
Tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi dimana
keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan
kelompoknya.
d.
Langkah-langkah
pembelajaran kooperatif
Langkah-langkah cooperative learning menurut Stahl, 1994; Slavin, 1983
(dalam Solihatin dan Raharjo, 2007:10) dijelaskan secara operasional sebagai
berikut:
1.
Guru merancang rencana program
pembelajaran.
2.
Dalam aplikasi
pembelajaran di kelas, guru merancang lembar
observasi yang akan digunakan untuk mengobservasi kegiatan peserta didik dalam belajar secara bersama dalam kelompok-kelompok kecil.
3.
Dalam melakukan observasi
terhadap kegiatan siswa, guru mengarahkan dan membimbing siswa, baik secara individual
maupun kelompok, baik dalam memahami materi maupun mengenai sikap dan perilaku siswa selama kegiatan belajar berlangsung. Guru memberikan kesempatan
kepada siswadari masing-masing kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya.
2.
Problem Based Learning (PBL)
a.
Pengertian PBL
PBL (Problem Based
Learning) yang bermakna pembelajaran berbasis masalah adalah siswa belajar
tentang subjek melalui pengalaman pemecahan masalah. Esensi PBL berupa
menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan bermakna kepada
siswa, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan
penyelidikan.
Hal yang terpenting dalam
pembelajaran teknis ini adalah guru menyediakan perancah atau kerangka
pendukung yang meningkatkan penyelidikan dan pertumbuhan intelektual. PBL tidak
mungkin terjadi kecuali jika guru menciptakan lingkungan kelas (menangani
situasi multi tugas, menyesuaikan dengan tingkat penyelesaian yang berbeda,
memantau dan mengelola pekerjaan siswa, mengatur gerakan dan perilaku di luar
kelas) tempat pertukaran ide-ide yang terbuka dan jujur dapat terjadi. Dalam
hal ini banyak pararel diantara PBL, cooperatif learning, dan diskusi
kelas.
b.
Ruang Lingkup PBL
1.
Masalah pembelajaran
Banyak kritik yang ditunjukan kepada cara guru
mengajar yang terlalu menekankan pada penguasaan informasi/konsep. Konsep
memang merupakan hal yang sangat
penting, namun bukan terletak pada konsep itu sendiri, tetapi terletak pada
bagaimana konsep itu dipahami oleh subjek didik. Pentingnya pemahaman konsep
dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan
cara-cara memecahkan masalah.
2.
Tujuan PBL
Pengajaran berbasis masalah merupakan
pendekatan yang efektif untuk pengajarn proses berpikir tingkat tinggi.
Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam
benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
c. Fitur-Fitur
Khusus PBL
Para pengembang PBL (Cognition & Technology
Group at Fanderbilt, 1990, 1996a, 1996b; Gordon et al., 2001; Krajik et al.,
2003, Slavin, Madden, Dolan & Wasik, 1994; Torp & Sage, 1998)
mendeskripsikan bahwa model instruksional ini memiliki fitur-fitur di bawah
ini:
1.
Pertanyaan atau masalah perangsang
PBL mengorganisasikan pengajaran di seputar
pertanyaan dan masalah yang penting secara sosial dan bermakna secara personal
bagi siswa. Mereka menghadapi berbagai situasi kehidupan nyata yang tidak dapat
diberi jawaban-jawaban sederhana dan ada berbagai solusi yang berkompeten untuk
menyelesaikannya.
2.
Fokus Interdisipliner
PBL dapat dipusatkan pada subjek tertentu
(sains, matematika, sejarah), tetapi masalah yang diinvestigasi dipilih karena
solusinya menuntut siswa untuk menggali banyak subjek.
3.
Investigasi autentik
PBL mengharuskan
siswa untuk berusaha menemukan solusi riil untuk masalah riil. Mereka harus
menganalisis dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesis dan mengembang
prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen jika
memungkinkan, dan menarik kesimpulan.
4.
Produk artefak dan exhibit
PBL menuntut siswa
untuk menjelaskan atau merepresentasikan solusi mereka. Produk itu bisa
berbentuk debat bohong-bohongan, bisa berbentuk laporan, model fisik, video,
atau program komputer. Artefak dan exhibit yang nanti akan dideskripsikan,
dirancang oleh siswa untuk mendemonstraksikan kepada orang lain apa yang telah
mereka pelajari dan memberikan alternatif yang menyegarkan untuk ujian
tradisional. Contoh-contohnya antara lain seperti topik pembaharuan kota,
kehidupan dalam kolam, atau species yang terancam punah.
5.
Kolaborasi
PBL ditandai oleh siswa-siswa yang bekerja satu
sama lain, paling sering secara berpasangan atau dalam bentuk kelompok-kelompok
kecil. Kerja sama memberikan motivasi untuk keterlibatan secara berkelanjutan
dalam tugas-tugas kompleks dan meningkatkan kesempatan untuk melakukan
penyelidikan dan dialog bersama, dan untuk mengembangkan berbagai ketrampilan social.
d. Manfaat PBL
Menurut
Sudjana, manfaat khusus yang diperoleh darimetode Dewey adalah pemecahan
masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa untuk merumuskan tugas-tugas,
yang mana objek palajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang
ada di sekitarnya
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya sendiri. Peran penting guru
adalah secara sadar dan terencana mewujudkan suasana belajar yang menyenangkan,
memproses pembelajaran agar siswa aktif mengembangkan potensinya sendiri.
Media disediakan oleh guru
agar murid melakukan aktivitas interaktif yang menyenangkan dan menantang potensi
siswa serta membebaskan tumbuhnya prakarsa dan kreativitas murid menjadi
manusia yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan.
Model model pembelajaran
berpusat pada siswa ada dua yaitu kooperatif learning dan proble beside
learning.